
SINGKAWANG – Tragedi tewasnya dua warga Singkawang, EA (23) dan H (32), yang ditemukan membusuk di hutan Sejangkung, semakin penuh misteri. Pihak keluarga menolak keras dugaan korban tewas karena tersambar petir atau tersengat listrik.
Rusli, orang tua korban, mengungkapkan kronologi pencarian hingga penemuan jasad anaknya. Menurutnya, pada malam pertama pihak keluarga belum curiga karena korban memang sering pulang larut. Namun setelah empat hari tak kunjung kembali, keluarga akhirnya melakukan pencarian ke hutan.

“Waktu itu kami menyelusuri hutan. Kami dapat bajunya, sendal, tasnya. Lalu anak saya lihat ada tanah gambut mencurigakan. Dicucuk pakai kayu, ternyata lembut. Aroma busuk langsung keluar,” kata Rusli dengan suara bergetar.
Lebih mengejutkan, saat jasad digali, kondisi korban jauh dari dugaan “tersambar petir”.
“Banyak luka, memar, sampai patah-patah tulangnya ada. Jadi kami merasa janggal dengan laporan itu,” tegasnya.
Sebagai orang tua korban, Rusli meminta pihak kepolisian mengusut tuntas kasus ini dan memberikan keadilan hukum. Kini, penyelidikan tengah ditangani Subdit 3 Ditreskrimum Polda Kalbar.
Tragedi ini meninggalkan duka mendalam. Kedua korban pergi meninggalkan anak-anak balita yang kini harus hidup tanpa orang tua.
Misteri kematian ini masih belum terjawab… benarkah hanya “tersambar petir”, atau ada cerita kelam lain di balik hutan Sejangkung?