
KDK News – Sebuah ilustrasi satir politik menggambarkan tiga tikus raksasa berbaju jas mengendalikan barisan aparat dengan rantai, sementara rakyat berunjuk rasa di hadapan gedung parlemen. Meski tanpa teks, karya ini memantik interpretasi luas tentang kondisi sosial-politik Indonesia hari ini.
Simbol Tikus dan Korupsi
Dalam ilustrasi tersebut, tikus berjas dan berdasi dipahami sebagai simbol pejabat korup dan elit politik yang rakus. Satir ini merefleksikan fenomena “tikus berdasi” yang kerap mewarnai kasus korupsi di tanah air, mulai dari penyalahgunaan bansos hingga proyek infrastruktur.
Aparat Sebagai Alat Kekuasaan
Rantai yang mengikat aparat menunjukkan adanya kendali dari elit. Hal ini sejalan dengan kritik publik terhadap kecenderungan aparat yang dianggap lebih melindungi stabilitas politik dibandingkan kepentingan rakyat. Beberapa peristiwa belakangan, seperti pembubaran demonstrasi mahasiswa hingga kriminalisasi aktivis, memperkuat tafsir ini.
Rakyat di Balik Bendera Merah Putih
Kerumunan rakyat dengan bendera merah putih melambangkan aspirasi dan perjuangan masyarakat. Namun, papan kosong yang mereka angkat dapat ditafsirkan sebagai suara rakyat yang sering tidak terdengar. “Pesannya jelas, rakyat sering kali berbicara, tetapi tidak selalu didengar.”
Demokrasi dan Kritik Sosial
Gedung parlemen yang muncul sebagai latar belakang menegaskan bahwa kritik diarahkan pada sistem politik Indonesia. Ilustrasi ini mengingatkan publik pada dilema lama: ketika rakyat diam, mereka ditindas; ketika melawan, mereka dilindas. (*/kdk)