
KETAPANG, KALBAR – Tradisi adat Barumpe tengah berlangsung di Desa Semandang Kiri, Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang, sejak 13 Agustus 2025 dan dijadwalkan berakhir pada 15 Agustus 2025. Ritual sakral ini dijalani oleh seorang dukun kampung bernama Supriadi atau dikenal sebagai Pak Lino, warga RT 05 Dusun Pasir, yang diakui secara resmi oleh Dewan Adat Dayak Kecamatan Simpang Hulu serta Kepala Desa Semandang Kiri sebagai dukun kampung tradisional.

Mengusung motto “agar menjadi bisa sidi mani bisa tangan memura, sidi tangan menyampi” yang bermakna harfiah dan filosofis “agar bersih, sakti mantra guna”, Barumpe dipahami sebagai prosesi pembersihan jiwa dan raga bagi seorang dukun agar tetap sehat lahir batin, sehingga kemampuannya dalam mengobati masyarakat dapat terjaga.
Rangkaian Prosesi Tiga Hari
Ketua PDKB, Srilinus Lino, menjelaskan bahwa Barumpe dijalankan dalam tiga tahap utama:
1. Hari Pertama – Nimang Bale: Memberkati dan menjelaskan alat-alat sesajian, sekaligus memanggil leluhur atau sahabat para dukun (Borent) dalam prosesi.
2. Hari Kedua – Ngalu dan Domong Dabong: Penyambutan para dukun/Borent, serta pemberian makan dan minum oleh keluarga atau tuan rumah kepada dukun yang akan menjalani Barumpe.
3. Hari Ketiga – Puncak Barumpe Mayang 50: Prosesi pembersihan badan dukun/Borent secara simbolis untuk mengembalikan kesucian dan kekuatan pengobatan.
Tokoh dan Peserta yang Terlibat

Selain Pak Lino, prosesi ini melibatkan dukun pendamping yang disebut Kepala Umpe, yakni Bapak Ucen atau Pak Ani. Ada pula pebayu—pendamping dukun/Borent—serta tokoh masyarakat seperti Ketua Dewan Adat Dayak Kecamatan Simpang Hulu, Markus Memet.
Simbol dan Sesaji Adat

Dalam ritual ini digunakan berbagai simbol adat yang sarat makna, di antaranya mayang pinang (dari yang masih berbungkus hingga yang sudah tua), bambu, babi, ayam, dan daun beringin. Semua perlengkapan ini dipercaya memiliki kekuatan spiritual untuk memulihkan energi dukun kampung.
Makna Sosial dan Budaya

Bagi masyarakat Dayak Samandang Kualant, dukun kampung memiliki peran vital sebagai penyembuh tradisional yang menggunakan ramuan alami tanpa efek samping kimia. Namun, padatnya rutinitas dan beban tugas sering membuat kemampuan mereka menurun. Barumpe menjadi jalan wajib untuk memulihkan tenaga, kejernihan pikiran, dan kekuatan spiritual, demi melanjutkan tugas pelayanan kepada masyarakat tanpa mengenal jarak dan waktu.
Pelaksanaan Barumpe kali ini menjadi bukti nyata bahwa kearifan lokal Dayak Samandang Kualant masih hidup dan terus diwariskan, di tengah arus modernisasi dan perkembangan medis modern.